Mencerna kehidupan tak semudah yang dijalani
Lebih rumit dari sekedar teori lisan
Lebih berwarna dari pelangi
Lebih kompleksitas dari proses membuat kue
Perjalanan hidup belum tentu senada dengan rasa
Ingin bungkam mengacu pada kediaman
Layaknya tembok yang rapuh
Tinggal menunggu roboh dan dikemas
Ketika lelahku memaknai hidup
Mungkin rasa dan fikirku seperti tembok itu
Dingin,,panas,,dan lapuk tak bergeming
Samar dalam keteguhan tapi tetap keropos sedikit demi sedikit
Jauh dari kesempurnaan hidup
Aku masih menjalaninya dengan slow
Ujungnya tetap aku yang sakit
Kata mereka ketika tiada akhir bahagia
Maka itu belumlah ending
Aku tak pernah sebahagia dan sesakit ini sebelumnya
Menopang pada tali rapuh
Sama halnya terjatuh meski sesaat mampu bertahan
Mereka asyik dengan senyum tanpa tau air mataku
Ku buang jauh wajahku tiap kali nama itu mengukir indah
" Ibu " teteh capek.........
Itu rintihanku menjalani sosok tegarmu dulu
Adakah sosok it???
Sosok yang mampu menjagaku
Yang mampu menjadi peneguhku ketika rapuh dalam kediaman
Bu,,aku masih butuh engkau sebenarnya
Bu,,ku butuh tamparan indah itu agar bangkit
Lukaku disini,,dihatiku,,difikirku,,di pejam mataku
Tidak ada komentar:
Posting Komentar