Di manakah aku harus sembunyi?
Desir angin pembawa debu mikro cinta
itu mengayun-anyunkan ku pada sepohon entah yang akarnya amat mendekap eratku.
Padahal rerumputan yang terinjak-injak semakin sabar bertasbih pada-Nya. Terik
menghangatkannya dalam pandangan-Nya sebagai kuasa-Nya. Hujan menyejukkannya di
antara kerontang murka kasih-Nya.
Di manakah aku harus sembunyi?
Tapak-tapak ku dijalan-jalan pilu-Mu
mengoyak kesedihanku, meminta-Mu membaringkanku di ketenangan makna-Mu. Walau
ragu tak mampu menjamah urat asa di selimut senja indah pada bentangan
awan-awan nakal yang mengancam.
Dipandang-Mu terbaring sunyiku
bersama belukar tanya-Nya selama KAU jalankan detik yang mengacaukan kalimat-Mu
di dada hamba-hamba-Nya.
Di manakah aku harus sembunyi?
Bukan karena bumi ku sombongkan
atas-Nya, namun pada-Mu pelangi itu teramat abstrak teratur. Bukan pula aku
mengigaukan-Mu karena mimpi tak mampu menjawab teramat banyak-Nya di
nikmat-nikmat-Mu.
Di manakah aku harus sembunyi?
Bila pun kuasa itu terbentur
dengan-Mu dan aku menyelinap belajar pada-Nya tentang kenyataan-Nya disukar
langkah yakin yang tertusuk duri enggan pada bosan murka-Nya.
Maka izin-Mu kan ku sematkan di
amarah-amarah lemah meninggalkan cahaya-cahaya silau yang menjauhkanku dari
mereka karenanya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar